- Back to Home »
- biaya pendidikan , dana pendidikan anak , investasi , tabungan »
- Siapkan Dana Pendidikan Sejak Dini - Liputan Pikiran Rakyat
BANDUNG, (PRLM).- Dana pendidikan menjadi salah satu hal penting yang saat ini justru kurang menjadi perhatian masyarakat. Penyebabnya adalah belum sadarnya masyarakat mengenai pentinganya perencanaan keuangan untuk berbagai hal termasuk salah satunya dana pendidikan.
Demikian disampaikan Executive Director Primoney, Hengky Kusuma Jaya kepada “PRLM” di Jln. Aceh, Bandung pada Jumat (19/10).
“Pendidikan itu hal yang penting, tapi kebanyakan masyarakat belum memikirkan hal tersebut karena belum menghadapi permasalahannya secara langsung. Kebanyakan berpikir hal tersebut dipecahkan nanti saja kalau sudah waktunya,” kata Hengky.
Padahal menurutnya, biaya pendidikan setiap tahun cenderung naik 10 – 20 persen dan hal ini pada umumnya tidak disadari oleh masyarakat yang memang belum bersentuhan langsung dengan hal tersebut.
Menurut Hengky, para orang tua terutama yang masih memiliki anak berusia sangat muda pada umumnya belum memikirkan biaya pendidikan bagi anaknya ketika 15 – 20 tahun mendatang.
“Kebanyakan dari mereka belum sadar betapa mahal dan sulitnya memberikan pendidikan bagi anak yang sudah beranjak dewasa. Biasanya ketika kami sudah memberikan analisis dan menyodorkan berapa biaya yang diperlukan barulah mereka sadar mesti mempersiapkan hal tersebut sejak dini,” katanya.
Merencanakan keuangan menurut Hengky memiliki banyak tahapan termasuk di antaranya merencanakan dana pendidikan untuk anak.
“Hal pertama yang mesti dilakukan adalah melakukan cek terhadap kondisi keuangan pribadi, apakah terkategori memiliki keuangan yang sehat atau tidak sehat,” katanya.
Menurut Hengky, selama kondisi seseorang atau keluarga berada dalam keadaan berutang, maka kondisi tersebut bisa dikatakan tidak sehat.
“Kondisi keuangan baru bisa dikatakan sehat bila pada akhir bulan kondisi keuangan itu tidak minus alias tidak memiliki utang,” katanya.
Bila penghasilan tinggi tapi masih juga memiliki utang, maka menurut Hengky, perlu segera dilakukan evaluasi apakah telah terjadi “kebocoran”.
Kebocoran tersebut maksudnya berbagai keinginan yang sebetulnya tidak dibutuhkan dan justru akhirnya memaksa para orang tua untuk berutang.
“Contoh – contohnya adalah membeli telepon genggam keluaran terbaru padahal tidak betul – betul membutuhkan, atau ingin membuktikan kepada tetangga dengan membeli mobil baru,” katanya.
Menurut, Hengky, berbagai “kebocoran” tersebut mesti dihilangkan untuk menyehatkan kondisi keuangan.
“Setelah kondisi keuangan sehat, maka segera tetapkan tujuan dan cita – cita. Tujuan dan cita – cita tersebut mesti terukur dan memiliki jangka waktu. Misalnya 10 tahun kemudian ingin memiliki sejumlah uang tertentu agar anak bisa dikuliahkan di perguruan tinggi tertentu,” katanya.
Bila sudah menetapkan tujuan dan cita – cita, menurut Hengky, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah segera melaksanakannya. “Misalnya langsung membuka rekening dan menyisihkan sebagian dana untuk persiapan pendidikan anak,” katanya.
Terakhir, Hengky menekankan pentinganya pengawasan terhadap segala hal yang sudah dilakukan. “Jangan sampai ketika rencana sudah dijalankan malah berhenti di tengah jalan. Mesti konsisten dan berkomitmen untuk tidak tergoda terhadap berbagai pengeluaran yang tidak dibutuhkan dan dapat merusak perencanaan tersebut,” katanya. (A-207/A-89)***
http://www.pikiran-rakyat.com/node/208050